2 Contoh Teks Cerita Pendek (Cerpen) Pengalaman Pribadi
Hai guys berikut ini adalah 2 contoh cerita pendek (cerpen) pengalaman pribadi yang dapat digunakan untuk referensi mengerjakan tugas bahasa indonesia. Tanpa perlu banyak basa-basi lagi simak langsung contohnya dibawah ini.
Peristiwa ini saya alami pada hari Kamis, 11 April 2007. Ketika itu, saya menjadi panitia penerimaan siswa baru di Pesantren Al Iman Muntilan seksi penyebaran brosur. Hari itu saya berangkat ke Temanggung, untuk menyebarkan brosur. Dari Muntilan saya naik sepeda motor berdua dengan seorang santri, bernama Suranto. Saya membawa perlengkapan yang asalasalan. Saya memakai helm standar, sementara Suranto memakai helm bathok.
Sesampai di Temanggung, saat melewati pos polisi, saya diminta berhenti. Setelah menanyakan kelengkapan surat, ternyata ada yang tidak oke, yaitu helm bathok yang dipakai Suranto. Kami dianggap melanggar peraturan lalu lintas. Agar tidak berbelit-belit urusannya, petugas saya beri
‘uang damai’ Rp20.000. Setelah itu, saya diperbolehkan melanjutkan perjalanan.
Eeee... baru berjalan sekitar 1 km, saya dipepet motor Poltas dan dia menyuruh kami berhenti di pinggir jalan. Batin saya, pasti ini urusan helm bathok. “Selamat siang. Bapak telah melanggar peraturan lalu lintas. Helmnya tidak standar,” kata petugas. “Siap Pak,” jawab saya. “Saya tidak tahu peraturan di sini. Saya baru saja ditilang di pos pertama tadi,” kata saya mengiba.
Syukurlah, saya tidak dimintai ‘uang damai’. Saya dipersilakan meneruskan perjalanan. Eee... baru berjalan sekitar 10 meteran, saya disemprit polisi lagi, dan kali ini polisinya agak garang. Saya jadi deg-degan. Apalagi, uang di dompet hasil ngutang, dan jumlahnya pas-pasan untuk jalan.
Setelah surat-surat diperiksa polisi, dengan gemetar saya katakan sama dengan petugas itu, “Pak maaf, mohon maaf sekali, saya tadi sudah ditilang dua kali.’’ Langsung dijawab oleh petugas itu, “Ya sudah, sana jalan. Lain kali kalau keluar kota jangan pakai helm bathok,” katanya. Syukurlah, saya selamat, meski tetap deg-degan juga, gara-gara helm bathok yang dipakai Suranto.
Pagi itu sebelum ujian, ia kelabakan dan memohon kepadaku agar nanti kalau ujian diberitahu jawabannya. “Git, tolong nanti pas ujian kamu duduknya di belakangku ya! Nanti kalau sukses beres pokoknya. Aku traktir sepuasnya,” ujarnya penuh harap. Sudah lazim di kalangan mahasiswa, kalau membantu jawaban teman dengan memakai kode-kode, misalnya dengan mendehem dan batuk. Kalau jawabannya A, maka dehemnya satu kali bila jawabannya B dua kali dan seterusnya. Bila ada dosen pengawas lewat, biasanya dengan memberi kode batuk-batuk.
Tibalah saat ujian dimulai. Semua mahasiswa siap di kursi masing-masing. Ujian ditunggui oleh salah satu dosen yang cukup disiplin, ditakuti, dan dikenal sebagai dosen killer. Temanku yang mulai kesulitan segera bertanya kepadaku dengan mengacungkan jari di samping tempat duduk dan kadang diselingi dengan menulis nomor yang belum bisa dikerjakannya.
Aku pun menjawab, “Heem...,” bila jawabannya A. Dan, “heem... heem...,” bila jawabannya B, dan seterusnya. Tetapi, betapa terkejut temanku, ketika ia baru memperlihatkan nomor di selembar kertas, tiba-tiba Pak Dosen dari belakang langsung bilang, “Heem... heem.”
Dan, belum hilang rasa terkejutnya, temanku langsung diinterogasi Pak Dosen. “Saudara yang berbaju merah, silakan saudara tumpuk pekerjaan Saudara di meja saya dan keluar dari ruangan ini!” bentak Pak dosen. Temanku terkejut tetapi terlambat. Ia tertangkap basah minta jawaban kepadaku. Untung aku tidak ikut disuruh keluar ruangan.
Semua mata menatap kepada temanku yang bersungut-sungut keluar ruangan dengan muka pucat tanpa senyum dan ekspresi wajahnya kelihatan jelek sekali. Beberapa menit setelah ujian selesai ia menemuiku. Aku masih tertawa mengingat kejadian itu dan melihat ekspresi mukanya.
“Sebentar dulu, lha yang dehem tadi bukan aku kok. Kamu tidak waspada,” jawabku. Teman-teman mahasiswa lain pun ikut tertawa ketika ketemu temanku itu. Makanya kalau mau ujian belajar! Jangan menggantungkan nasib pada deheman teman. Kalau ketahuan, yah... seperti lagunya Matta band.
Demikianlah 2 contoh dari teks cerita pendek tentang pengalaman pribadi semoga bermanfaat dan dapat membantu teman-teman dalam mengerjakan tugas.
Contoh Cerpen Pengalaman Pribadi
Balada Helm Bathok
Sedih rasanya apabila bepergian dengan bekal keuangan yang mepet. Lebih-lebih lagi apabila dalam perjalanan terkena razia/operasi lalu lintas yang mau tidak mau harus mengeluarkan uang, agar urusan cepat selesai dan tak jadi beban pikiran.Peristiwa ini saya alami pada hari Kamis, 11 April 2007. Ketika itu, saya menjadi panitia penerimaan siswa baru di Pesantren Al Iman Muntilan seksi penyebaran brosur. Hari itu saya berangkat ke Temanggung, untuk menyebarkan brosur. Dari Muntilan saya naik sepeda motor berdua dengan seorang santri, bernama Suranto. Saya membawa perlengkapan yang asalasalan. Saya memakai helm standar, sementara Suranto memakai helm bathok.
Sesampai di Temanggung, saat melewati pos polisi, saya diminta berhenti. Setelah menanyakan kelengkapan surat, ternyata ada yang tidak oke, yaitu helm bathok yang dipakai Suranto. Kami dianggap melanggar peraturan lalu lintas. Agar tidak berbelit-belit urusannya, petugas saya beri
‘uang damai’ Rp20.000. Setelah itu, saya diperbolehkan melanjutkan perjalanan.
Eeee... baru berjalan sekitar 1 km, saya dipepet motor Poltas dan dia menyuruh kami berhenti di pinggir jalan. Batin saya, pasti ini urusan helm bathok. “Selamat siang. Bapak telah melanggar peraturan lalu lintas. Helmnya tidak standar,” kata petugas. “Siap Pak,” jawab saya. “Saya tidak tahu peraturan di sini. Saya baru saja ditilang di pos pertama tadi,” kata saya mengiba.
Syukurlah, saya tidak dimintai ‘uang damai’. Saya dipersilakan meneruskan perjalanan. Eee... baru berjalan sekitar 10 meteran, saya disemprit polisi lagi, dan kali ini polisinya agak garang. Saya jadi deg-degan. Apalagi, uang di dompet hasil ngutang, dan jumlahnya pas-pasan untuk jalan.
Setelah surat-surat diperiksa polisi, dengan gemetar saya katakan sama dengan petugas itu, “Pak maaf, mohon maaf sekali, saya tadi sudah ditilang dua kali.’’ Langsung dijawab oleh petugas itu, “Ya sudah, sana jalan. Lain kali kalau keluar kota jangan pakai helm bathok,” katanya. Syukurlah, saya selamat, meski tetap deg-degan juga, gara-gara helm bathok yang dipakai Suranto.
Contoh Cerpen Pengalaman Pribadi
Deheman Mematikan dari Pak Dosen
Peristiwa ini terjadi ketika aku masih kuliah di Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) di Solo. Waktu itu, pukul 08.00 WIB, ada ujian mata kuliah Pengantar Ilmu Politik. Ada salah satu temanku yang sebenarnya cukup pandai, tetapi karena malas belajar, ia selalu minta bantuan jawaban kepadaku.Pagi itu sebelum ujian, ia kelabakan dan memohon kepadaku agar nanti kalau ujian diberitahu jawabannya. “Git, tolong nanti pas ujian kamu duduknya di belakangku ya! Nanti kalau sukses beres pokoknya. Aku traktir sepuasnya,” ujarnya penuh harap. Sudah lazim di kalangan mahasiswa, kalau membantu jawaban teman dengan memakai kode-kode, misalnya dengan mendehem dan batuk. Kalau jawabannya A, maka dehemnya satu kali bila jawabannya B dua kali dan seterusnya. Bila ada dosen pengawas lewat, biasanya dengan memberi kode batuk-batuk.
Tibalah saat ujian dimulai. Semua mahasiswa siap di kursi masing-masing. Ujian ditunggui oleh salah satu dosen yang cukup disiplin, ditakuti, dan dikenal sebagai dosen killer. Temanku yang mulai kesulitan segera bertanya kepadaku dengan mengacungkan jari di samping tempat duduk dan kadang diselingi dengan menulis nomor yang belum bisa dikerjakannya.
Aku pun menjawab, “Heem...,” bila jawabannya A. Dan, “heem... heem...,” bila jawabannya B, dan seterusnya. Tetapi, betapa terkejut temanku, ketika ia baru memperlihatkan nomor di selembar kertas, tiba-tiba Pak Dosen dari belakang langsung bilang, “Heem... heem.”
Dan, belum hilang rasa terkejutnya, temanku langsung diinterogasi Pak Dosen. “Saudara yang berbaju merah, silakan saudara tumpuk pekerjaan Saudara di meja saya dan keluar dari ruangan ini!” bentak Pak dosen. Temanku terkejut tetapi terlambat. Ia tertangkap basah minta jawaban kepadaku. Untung aku tidak ikut disuruh keluar ruangan.
Semua mata menatap kepada temanku yang bersungut-sungut keluar ruangan dengan muka pucat tanpa senyum dan ekspresi wajahnya kelihatan jelek sekali. Beberapa menit setelah ujian selesai ia menemuiku. Aku masih tertawa mengingat kejadian itu dan melihat ekspresi mukanya.
“Sebentar dulu, lha yang dehem tadi bukan aku kok. Kamu tidak waspada,” jawabku. Teman-teman mahasiswa lain pun ikut tertawa ketika ketemu temanku itu. Makanya kalau mau ujian belajar! Jangan menggantungkan nasib pada deheman teman. Kalau ketahuan, yah... seperti lagunya Matta band.
Demikianlah 2 contoh dari teks cerita pendek tentang pengalaman pribadi semoga bermanfaat dan dapat membantu teman-teman dalam mengerjakan tugas.
Posting Komentar untuk "2 Contoh Teks Cerita Pendek (Cerpen) Pengalaman Pribadi"